*
*
*
Banyak anak autis memiliki problem behavior seperti menghindari tugas, meludah, menggigit, melempar, memukul, tantrum, sampai behavior yang dapat melukai diri sendiri seperti memukul kepala sendiri, membenturkan kepala di meja/lantai/dinding. Tentu orang tua dan orang terdekat bingung bagaimana mengatasinya. Sebelum dibahas bagaimana mengatasinya, mari kita kenalan dulu apa fungsi dari behavior seseorang? Sebetulnya pendekatan ini pun bisa kita gunakan untuk anak normal bukan hanya anak autis. Fungsi dari behavior itu ada 4, yaitu atensi, tangible (benda atau aktivitas), menghindar, dan otomatis.
*
Jika fungsinya adalah atensi, artinya anak melakukan problem behavior karena ingin mendapatkan atensi atau perhatian dari orang lain. Contoh anak yang baru memiliki adik bayi. Anak yang tadinya sudah tidak mengompol ternyata mengompol lagi karena ingin mencari perhatian orangtua. Contoh lainnya anak dikelas menangis rewel dan guru selalu berusaha mendiamkan. Jika fungsinya atensi maka anak belajar dia bisa mendapatkan perhatian guru dengan cara menangis rewel. Akhirnya kejadian ini berulang dan bisa bertambah parah dikemudian hari.
*
Fungsi yang kedua karena tangible (ingin sesuatu benda atau aktivitas). Di toko mainan, anak ingin beli mainan. Minta ke orangtua tidak diberi, anak menangis keras, menjerit-jerit di lantai. Akhirnya orangtua malu atau kasihan, dan anak dibelikan mainannya. Jika diteruskan, kejadian akan berulang karena anak belajar, menangis adalah efektif untuk mendapatkan mainan.
*
Yang ketiga adalah karena menghindar dari tugas. Anak di setrap (time out) saat berulah/menangis rewel di kelas. Jika fungsi dari behaviornya adalah karena menghindari tugas, tentu anak senang, dia akan berulah lagi supaya disetrap dan tidak perlu mengerjakan tugasnya. Hal ini sering terjadi terhadap anak autis yang bersekolah di sekolah umum, dimana anak ini mungkin belum mengerti arti sosial (malu) dari hukuman (time out).
*
Fungsi keempat adalah karena otomatis, seperti saat duduk kaki bergoyang-goyang secara otomatis, atau jika berpikir kita sering memainkan pulpen. Nah untuk anak autis, stimming: flapping hands adalah bentuk behavior yang otomatis terjadi tanpa dia sadari. Hanya terlihat aneh karena tidak umum seperti bergoyang-goyang kaki atau memainkan pulpen.
*
Walau tampilan behaviornya sama, tetapi fungsi bisa berbeda-beda. Misal seperti contoh di atas, behaviornya menangis, tapi fungsinya bermacam-macam bisa karena ingin perhatian, ingin sesuatu atau karena menghindari tugas. Nah kunci dari menghilangkan problem behavior adalah tidak memberikan apa yang menjadi fungsi dari behavior itu (extinct). Kalo fungsinya atensi ya jangan berikan atensi, kalo fungsinya karena ingin sesuatu ya jangan diberikan sesuatu. Sama pula jika fungsinya karena menghindari tugas, ya kita tetap memberikan tugasnya dan tidak memberikan cara dia untuk menghindari tugas (tidak memberikan time out). Dalam satu behaviorpun, bisa jadi fungsinya lebih dari satu sekaligus. Bisa saja problem behavior menangis tantrum karena atensi dan ingin sesuatu, atau karena menghindar dan ingin sesuatu, dll.
*
Setelah mengenal fungsi dari behavior, coba kita observasi dan renungkan lagi anak melakukan problem behavior fungsinya apa ya? Sekali lagi, kuncinya adalah tidak memberikan apa yang menjadi fungsi dari behavior tersebut.
Jika fungsinya sudah diketahui, bagaimana mengatasinya? Contoh dalam implementasinya. Anak melakukan problem behavior tantrum mungkin sampai melukai diri sendiri atau orang lain saat ingin perhatian dari orang lain.
*
Jika setelah dianalisa fungsinya adalah atensi, lakukan hal berikut:
- Jika tidak berbahaya, abaikan, sehingga hal ini mengajarkan bahwa dia tidak mendapatkan atensi dengan melakukan tantrum
- Jika berbahaya atau dapat melukai orang lain, katakan stop dengan nada datar, muka tanpa emosi, tanpa banyak bicara dan tahan tangan atau kaki yang mengganggu di tempat itu atau ajak ke tempat aman jika perlu. Untuk beberapa anak, mereka tidak bisa membedakan emosi, sehingga mereka berpikir marah (dan ngomel-ngomel) adalah bentuk perhatian juga. Tidak ada pelukan atau kontak mata dengan anak. Tidak perlu pula menasehati anak, karena level anak ini mungkin belum paham, dan menasehati (pada saat ini) adalah bentuk memberikan perhatian juga. Jika anak sudah tidak melakukan hal-hal berbahaya, lepaskan dan biarkan sendiri sampai dia tenang (tanpa perkataan, tanpa reaksi berlebihan).
- Karena anak secara alamiah ingin mendapatkan perhatian, maka pada saat anak berkelakuan baik (bukan saat problem bermasalah) berikan pujian. Untuk di awal jika problem behavior cukup banyak, berikan pujian secara berkala, misal setiap 5 menit atau 15 menit atau 30 menit tergantung kebutuhannya.
- Ajari anak bagaimana cara mendapatkan perhatian (jika dia membutuhkan) dengan cara yang baik. Misal kalau di sekolah dengan angkat tangan sebelum bicara, atau kalau dirumah dengan diajari meminta bantuan/perhatian dari orang dirumah. Jika anak belum bicara dapat dibantu dengan pecs/compic atau bahasa isyarat yang metoda pengajarannya dilatih dengan menggunakan prinsip ABA.
- Perdalam pengertian anak bahwa tindakan mereka tidak dibenarkan dengan menggunakan buku cerita atau social story (buku cerita khusus tentang mengajarkan situasi sosial terhadap anak).
Dalam mencoba menangani problem behavior, ada kalanya problem akan meningkat sesaat dan bertambah buruk. Jangan kuatir, itu berarti kita sudah di jalan yang benar dan sistem bekerja, itulah yang disebut extinction burst. Setelah fenomena ini, biasanya problem behavior akan turun perlahan, karena anak tidak mendapatkan fungsi dari behavior tersebut. Sesekali di masa depan, anak akan mencoba trik yang sama, istilahnya spontaneous recovery. Tetapi tetap lanjutkan intervensinya dengan konsisten diharapkan problem behavior akan terus turun menjadi nol. Selamat dipraktekkan.