*
*
*
*
Toilet training penting dilakukan untuk membuat anak lebih mandiri yang dapat mempemudah penempatan mereka di sekolah. Penerimaan sosial dari masyarakat untuk anak yang sudah toilet training tentu juga lebih baik daripada yang tidak. Sebelum toilet training dilakukan, anak harus dipersiapkan untuk konsep toilet training, diantaranya sering mengganti popok begitu basah, memberikan komentar jika dia basah ‘kamu ngompol atau basah’ dan dudukkan anak di toilet setiap ke kamar mandi. Anak juga perlu di perkenalkan, mana kering mana basah dengan melatih anak, pegang celana kering, pegang celana basah supaya anak paham atas target yang kita inginkan.
*
Tanda-tanda anak siap untuk toilet adalah:
- Umur kronologis dan perkembangan umurnya
- Apakah anak seperti memperhatikan ketika popoknya basah atau kotor
- Apakah dia tertarik untuk ke kamar mandi, cuci tangan, ganti baju, dll
- Apakah anak lari atau sembunyi saat BAB dan memiliki BAB yang teratur?
*
Fakta tentang toilet training
- Menurut Foxx dan Azrin di bukunya “Toilet training in less than a day”, Anak yang memiliki kekurangan intelektualpun bisa mahir toilet training di umur 5 tahun.
- Anak laki-laki tidak disarankan untuk buang air kecil sambil berdiri sebelum mahir BAB di toilet. Di awal training sebaiknya mereka duduk saat buang air kecil.
- Anak dijelaskan tentang toilet training menggunakan buku atau “buku cerita sosial” (terlampir) atau bisa juga buat sendiri dengan memfoto kegiatan yang harus dilakukan saat di toilet dan dibuat bukunya.
- Gunakan 1 kata untuk meminta buang air supaya anak tidak bingung, misal pipis, toilet.
- Idealnya lakukan di rumah dan sekolah saat bersamaan, dan komunikasikan prosedur yang dilakukan ke guru (harus sama kata, reinforcers/rewards, jadwal ke toilet dll). Sebaiknya toilet training di mulai dirumah saat libur panjang atau bisa juga saat libur akhir pekan yang panjang (long weekend).
- Karena prosedur juga sedikit merepotkan, sebaiknya dilakukan di saat anak dan orangtua tenang dan tidak ada sesuatu yang besar akan terjadi dalam waktu dekat, misalnya liburan, punya adik baru, mulai sekolah, dll. Sebaiknya paling tidak dalam 2 minggu lebih banyak melakukan kegiatan di dalam rumah.
- Anak harus mampu menaikkan dan menurunkan celananya sendiri, disarankan menggunakan celana karet.
- Celana dalam adalah yang terbaik (jika di rumah) supaya anak bisa merasakan sensasi ‘celana basah’, tetapi jika merepotkan diluar celana dalam bisa dipakaikan celana plastik atau “popok pull-ups” terutama untuk pergi keluar rumah atau bersekolah.
- Jika tidak merepotkan siapkan alarm tersendiri supaya anak paham waktu ke toilet
*
Prosedur toilet training
- Ajarkan anak mana kering, mana basah.
- Siapkan dan tentukan kata yang digunakan, jadwal ke toilet, reinforcer/reward, dan lembar data. Reinforcers harus sesuatu yang benar-benar anak inginkan dan hanya bisa di dapat jika anak ke toilet, misal makanan, mainan atau bermain Ipad
- Jadwal meningkat secara berkala 30 menit, 45 menit, 60 menit, 90 menit, 120 menit dengan waktu duduk di toilet selama 5 menit. Set timernya.
- Naikkan target waktu ke toilet setelah 2-3 hari tanpa “kecelakaan”.
- Katakan kepada anak, “waktu ke toilet” dan anak harus berkomunikasi dengan “bahasa isyarat/gambar/vokal “toilet” terhadap anda.
- Jika anak “kering” dan/atau “buang air kecil” berikan reinforcersnya. Berikan reinforcer lebih besar/banyak jika anak bisa kering dan buang air kecil dibanding jika anak “kering” saja. jika anak “basah” jangan diberikan. Jangan dimarahi atau dihukum, tetap tenang, bersihkan anak dan ajak kembali bermain seperti biasa supaya anak tidak trauma dengan programnya.
- Jika terjadi kecelakaan “celana basah” di antara waktu ke toilet, tidak apa-apa, jika memungkinkan bawa anak lari langsung ke toilet. Bersihkan anak dan set lagi alarm ke nol.
- Anak harus diberikan ekstra minum supaya memberikan kesempatan latihan toilet lebih sering (sekitar 60-100 ml) per jam, tetapi total 1 hari tidak boleh melebihi 8-10 gelas. Batasi minum di sore menjelang malam dan malam hari supaya tidak terjadi “ngompol di tempat tidur”.
- Jika anak sudah mahir dengan kering selama 60 menit selama 3 hari sudah mulai diajarkan anak untuk meminta pergi ke toilet secara mandiri (tanpa di jadwal setiap 30-60 menit misalnya). Ajak anak ke toilet sambil bicara “Toilet yuk” dan biarkan anak beri bahasa isyarat/bicara/beri gambar toilet, kemudian sepanjang jalan ke toilet tanya anak 2-3 kali “Mau ke mana?” biarkan anak menjawab dengan “bahasa isyarat/gambar/verbal”.
- Selama training ingatkan anak untuk selalu memberi tahu sebelum ke toilet dengan “bahasa isyarat/gambar/verbal” sebelum ke toilet.
- Siapkan gambar toilet kemanapun anak pergi, siapa tau dia perlu ke toilet di jalan.
- Jika anak sudah mahir, kemudian sering lagi terjadi kecelakaan, investigasi apakah ada masalah kesehatan, mungkin di sekolah guru menjadwal kembali ke toiletnya, anak mencari perhatian (adik baru, rumah baru, dll) jika tidak ada alasan pantau beberapa hari, jika perlu ulangi prosedur dengan penjadwalan ke toilet seperti di awal.
*
Melatih buang air besar di toilet
Beberapa orangtua akan beruntung, anak mengerti untuk buang air kecil sekaligus buang air besar langsung di toilet setelah toilet training selesai. Tetapi jika anak anda tidak otomatis buang air besar di toilet (setelah mahir buang air kecil di toilet), lakukan prosedur berikut:
- Pastikan anak memiliki pub yang baik, tidak terlalu keras sehingga sulit dikeluarkan. Jika ada masalah dengan struktur pub (konstipasi) konsultasikan dengan dokter anak.
- Kumpulkan data tentang waktu, tempat, struktur pub, baju yang dipakai dan mungkin jenis makanan (pedas, asam, dll) sehingga kita bisa membuat programnya.
- Bawa ke toilet setiap 15 menit di saat kira-kira anak akan pub, dan berikan reinforcer jika berhasil dan walau tidak disarankan bisa diberikan hukuman dalam bentuk membersihkan pakaiannya atau mengambil barang yang dia mainkan/inginkan. Ini adalah pilihan terakhir jika hanya reinfocers tidak memberikan efek yang berarti buat anak. Kenapa hukuman ini dibolehkan, karena kesempatan latihan untuk pub sangat sedikit hanya 1-2 kali sehari sehingga menambahkan hukuman akan membantu anak untuk membedakan behavior mana yang diharapkan dan mana yang tidak. (Ingat, hukuman tidak disarankan untuk buang air kecil!!)
- Jika anak sudah terbiasa dengan rutinitas, misal pub dalam pampers dibalik sofa, maka lakukan pelan-pelan perubahan terhadap anak, jangan terlalu drastis karena anak akan menolak.
- Contoh prosedur anak menggunakan pampers (disesuaikan dengan kondisi sang anak):
- Prompt dan berikan reinforcers jika anak pub di pampers di depan sofa
- Prompt dan berikan reinforcers jika anak pub di pampers depan kamar mandi
- Prompt dan berikan reinforcers jika anak pub di pampers sambil berdiri di toilet
- Prompt dan berikan reinforcers jika anak pub di pampers di kloset
- Prompt dan berikan reinforcers jika anak pub di kloset dengan pampers diturunkan
- Prompt dan berikan reinforcers jika anak pub di kloset tanpa pampers
Catatan:
- Contoh pengambilan form untuk pengambilan data terlampir
- Contoh “buku cerita sosial” dilampirkan dan silahkan disesuaikan dengan rutinitas toilet di keluarga anda (di buku ini anak laki-laki digambarkan buang air kecil sendiri, ini tidak disarankan untuk anak kebutuhan khusus di tahap awal toilet training)
- Anda juga bisa menempelkan prosedur gambar atau “buku cerita sosial” di dinding kamar mandi supaya anak lebih mudah mengingat dan mengikuti prosedurnya secara mandiri tanpa anda terus ingatkan.
*