15 Okt-Contoh Form Program Anak Usia Dini
Listener responding atau receptive language adalah kemampuan anak untuk mengikuti dan merespons bahasa dari orang lain secara benar dengan gerakan dimana anak harus mampu mengikuti bermacam perintah dari yang sederhana hingga yang kompleks. Dalam teori behavior ABC, untuk listener responding antecendent berbentuk verbal, behaviornya adalah respons terhadap antecedent yang berbentuk gerakan dan reinforcernya adalah non-specific reinforcer misalnya makanan, minuman, pujian, dll. Contoh: jika terapis bertanya “tunjuk kue” sebagai antecedent, responsnya dengan menunjuk kue dan konsekuensinya adalah mendapat reinforcer yang diinginkan.
Instruksi
Jenis listener responding yang pertama adalah instruksi. Dalam awal training listener responding, ajarkan instruksi yang mudah terlebih dahulu dan jika anak benar dalam pelaksanaannya bisa ditingkatkan kesulitannya. Yang paling mudah adalah instruksi diberikan di dalam konteks, misalnya sambil bermain dengan anak memasuk-masukkan (mainan seperti celengan), terapis memberikan intruksi “masukkan” kemudian anak merespons dengan memasukkan sesuai permainannya. Karena bantuan adanya visual dari barangnya, tanpa prompt atau sedikit prompt, anak dapat melakukan dan paham akan instruksi tersebut.
Kemudian setelah anak mahir instruksi dalam konteks, instruksi diberikan diluar konteks bermain saat itu. Contoh: anak sedang bermain, terapis memberikan instruksi ke anak “buang” sambil memberikan sampah ke anak untuk dibuang di tempat sampah. Kata “buang” berada di luar konteks permainan saat itu. Anak sudah mulai harus dapat membedakan jenis instruksi dan melaksanakannya sesuai instruksi yang terapis inginkan.
Sama seperti prosedur lainnya, errorless learning dan variasi prompt dapat diberikan dalam proses pengajaran dan jangan lupa memberikan reinforcer setelah anak berhasil melaksanakan instruksi dengan benar sehingga anak senang mengerjakannya dan kejadian akan berulang. Setelah anak mahir, pelan-pelan instruksi ditingkatkan kesulitan dan jumlah instruksinya. Pertama dengan 1 instruksi lama-lama dengan 2-3 instruksi kemudian mungkin dengan seri instruksi.
Identifikasi Obyek
Jenis listener responding yang kedua adalah identifikasi obyek. Pada tahap awal gunakan kartu obyek yang disukai anak, ada fungsinya, familiar dan menarik bagi anak. Anak diminta untuk menunjuk obyek yang kita inginkan. Caranya 3 buah kartu terapis letakkan diatas meja. Kemudian terapis memberikan instruksi “tunjuk apel”. Jika anak tidak menunjuk apel dan ulangi sekali lagi perintahnya dan langsung berikan physical prompt penuh kepada anak untuk memberikan jawaban yang benar kemudian berikan reinforcernya (errorless learning). Lakukan errorless learning terhadap sang anak jika anak belum mahir dengan memberikan physical prompt penuh ke arah jawaban yang benar. Kemudian jika anak sudah mahir, prompt dikurangi dengan memberikan gestural prompt dengan menunjuk ke kartu atau dengan petunjuk mata terapis melirik ke arah jawaban yang benar. Prompt juga bisa diberikan meletakkan kartu jawaban lebih dekat ke anak. Reinforcers langsung diberikan jika anak memberikan jawaban benar meskipun dengan prompt. Jangan lupa mengacak posisi dari 3 kartu di atas meja supaya anak melihat jawaban dan menyamakan sesuai perintah tidak hanya menghapal letak jawabannya.
Jika anak sudah mahir tingkatkan jumlah distrakter dan penyebaran kartu, misal awalnya kartu diatur rapi, tetapi kemudian dalam perkembangan selain jumlah distrakter semakin banyak, pengaturan kartu juga dilakukan secara acak. Identifikasi obyek termasuk identifikasi kata kerja, kata sifat, kata sambung, dll.
Untuk tahap awal latihan identifkasi obyek dengan menggunakan Matching-to-Sample (menyamakan).
Matching-to-Sample (Menyamakan)
Salah satu kemampuan yang dapat digunakan untuk mengembangkan kontrol terhadap instruksi adalah kemampuan menyamakan, baik itu obyek dengan obyek yang sama, gambar dengan gambar atau obyek dengan gambar. Walaupun anak-anak dengan kemampuan bahasa yang terlambat memiliki kesulitan untuk mengerti kata-kata oleh orang lain, tetapi anak ini dapat diajarkan untuk mengikuti perintah dan menyamakan stimulus visual.
Metoda awal dari program menyamakan adalah sebagai berikut terapis meletakkan 3 kartu di atas meja, terapis mengambil kartu ke 4 untuk disamakan dengan salah satu kartu tersebut. Terapis memberikan model penugasan dengan meletakkan kartu ke 4 ke kartu yang sama di atas meja kemudian terapis memberikan kartu ke 4 tersebut kepada anak sambil memberikan instruksi “samakan”. Anak mengikuti instruksi dengan menyamakan kartu dengan kartu yang di meja. Lakukan errorless learning terhadap sang anak jika anak belum mahir dengan memberikan physical prompt penuh ke arah jawaban yang benar. Kemudian secara perlahan prompt dikurangi sehingga anak dapat menjawab secara mandiri. Jangan lupa memberikan reinforcer setiap jawaban benar dan mengacak posisi kartu.
Instruksi verbal (“samakan”) diberikan agar anak belajar untuk merespons dengan melakukan perintah yang diinginkan , dimana jika anak melakukan dengan benar akan mendapatkan reinforcers sehingga anak akan belajar untuk merespons terhadap intruksi verbal yang diberikan seseorang.
Cara latihan lain yang dapat digunakan untuk melatih anak mengikuti perintah dan memahami listener responding adalah dengan menggunakan puzzle, balok-balok kayu, dll. Satu persatu puzzle diberikan ke anak dengan perintah yang bervariasi misal “pasang”, “masukkkan”, “letakkan”, dll. Sama dengan metoda di atas variasi prompt diberikan sampai anak mandiri dan pemberian reinforcer untuk setiap jawaban benar. Bentuk tugas seperti ini biasanya mudah diajarkan karena anak mendapatkan stimulus visual yang dimana anak autis belajar secara visual, sekaligus melatih kemampuan diskriminasi visual dari sang anak dan mengikuti perintah.
Mengenali Anggota Tubuh
Listener responding yang ketiga adalah mengenali anggota tubuh. Selain itu penting juga dikenalkan di tahap awal untuk mengenali paham bagian tubuh anak supaya anak memahami terutama jika harus menunjukkan bagian yang sakit jika diperlukan. Jadi program listener responding untuk menunjuk anggota tubuh adalah penting. Contoh: “sentuh hidung” “mana mulut” “pegang mata” dll. Program ini dapat dilakukan selaras dengan program mengikuti perintah sederhana yang dibahas minggu sebelumnya atau program pengenalan anggota tubuh.
Tingkat Mahir
Jika anak sudah paham merespons perintah sederhana maka bisa ditingkatkan dengan kombinasi beberapa instruksi, tempat dan orang pemberi instruksi supaya anak mengeneralisai kemampuannya. Anak dapat melakukan gerakan di tempat terapi dan harus juga bisa mengerjakannya di rumah bersama orangtua atau di sekolah bersama guru.
Jika anak sudah paham dengan 2-3 perintah yang satu kelompok, tingkatkan menjadi latihan akan perintah yang lebih kompleks (sesuai dengan pembagian ciri, fungsi dan kategori) seperti tunjukkan buah berwarna merah, apa yang kamu gunakan untuk memotong roti, tunjukkan alat transportasi, mana binatang yang memiliki sayap, dll. Lebih mahirnya lagi adalah listener responding beregu atau menggunakan variasi pernyataan negatif, contoh di sekolah dalam lingkaran, guru sering memberikan perintah yang memakai sepatu merah angkat tangan, yang rambut keriting berdiri, yang tidak punya adik angkat tangan, yang hari ini ke sekolah tidak di antar papa berdiri, dll.
Menengok dan Datang Jika Dipanggil
Termasuk dalam program listener responding tahap awal adalah kemampuan anak untuk menengok dan datang jika dipanggil. Banyak orangtua yang bingung mengapa sang anak seperti tidak mendengar namanya jika dipanggil tetapi sangat cepat merespons suara yang menarik anak di TV, ipad, suara bising, dll. Beberapa anak autis tidak memiliki kemampuan ini secara alami, tetapi mereka dapat dilatih untuk respons dengan memberikan reinforcers jika sang anak memberikan respons yang benar. Reinforcers bisa berbentuk benda makanan, minuman atau kegiatan yang disukai anak (kitik2, bubble, dll)
Contoh terapi anak merespons namanya, menengok jika dipanggil
Terapis : “Rayhan” – pada tahap awal terapis dapat memegang reinforcer di tangannya
Anak : Jika anak lakukan – beri reinforcer
Jika anak tidak respons, ulangi lagi prosedur
Terapis : “Rayhan”
Anak : Arahkan kepala anak dengan secara perlahan dengan bantuan physical prompt penuh dari terapis) — errorless learning
Terapis : “Pintar, hebat” sambil memberi reinforcer/rewardnya. Reinforcer diberikan di depan mata terapis sehingga mau tak mau anak melihat mata terapis sekaligus untuk melatih kontak mata.
Prinsip yang sama dilakukan untuk melatih anak merespons terhadap perintah untuk datang.
Terapis : “Kesini” – pada tahap awal terapis dapat memegang reinforcer di tangannya
Anak : Jika anak lakukan – beri reinforcer
Jika anak tidak respons, ulangi lagi prosedur
Terapis : “Kesini”
Anak : Arahkan anak untuk berjalan ke arah terapis — errorless learning
Terapis : “Pintar, hebat” sambil memberi reinforcer/rewardnya. Reinforcer diberikan di depan mata terapis sehingga mau tak mau anak melihat mata terapis sekaligus untuk melatih kontak mata.
Pada awalnya, jarak anak dan terapis sangat dekat, sekitar 1 langkah. Jika anak sudah mahir tingkatkan menjadi 2 langkah, kemudian 2 meter, 5 meter dan terapis memanggil dari seberang ruangan dan dari ruangan yang berbeda. Dan pada tahapan mahir, terapis dapat memanggil anak saat kondisi anak sedang fokus mengerjakan sesuatu. Apakah dia masih bisa menengok atau datang ketika dipanggil? Program ini juga harus digeneralisai dilakukan oleh orang, tempat dan situasi yang berbeda sehingga anak mahir disetiap kesempatan walau kondisi berubah.
Terapi ABA yang benar selalu menggunakan data dalam setiap terapinya. Contoh form data menengok dan datang jika dipanggil terlampir. Silahkan mencoba.