Anak dengan autisme terlahir tidak atau minim memiliki motivasi berinteraksi dengan dunia luar. Padahal dengan berinteraksi dengan orang lain, anak belajar ketrampilan baru setiap harinya, termasuk juga bahasa. Tidak heran, anak dengan autisme memiliki keterlambatan dalam hal ini. Dengan meningkatkan motivasi untuk berinteraksi, banyak hal yang bisa kita lakukan untuk mengajarkan anak dengan autisme ketrampilan yang kita inginkan. Kuncinya adalah menarik motivasi mereka, kuncinya adalah teknik mand.
Teknik mand yang baik dapat membuat anak berkeinginan untuk berinteraksi dengan orang lain. Orang lain yang tadinya adalah sesuatu yang biasa buat anak (netral) tetapi jika dia memasangkan dirinya dengan hal yang menyenangkan anak, maka orang tersebut menjadi reinforcer buat anak. Otomatis anak merasa senang berinteraksi dengan orang tersebut sehingga mulai timhul keinginan anak untuk berinteraksi sosial dengan orang lain. Berinteraksi dengan orang lain adalah hal yang menyenangkan buat anak.
Teknik mand yang baik dapat membuat anak menjadi vokal. Dengan menangkap apa yang menjadi kesenangan anak, kita dapat membentuk kesenangan ini sehingga anak termotivasi mengeluarkan suaranya bersama dengan teknik shaping. Apa yang memotivasi anak? Tentu satu anak berbeda dengan yang lain. Ada anak yang senang makan, senang mainan, senang melakukan aktivitas sederhana bersama, dll.
Teknik mand yang baik dapat menurunkan problem behavior. Anak yang belum bisa bicara atau anak yang bisa bicara tetapi belum dapat mengungkapkan apa yang dia inginkan akan ‘berkomunikasi’ dengan problem behavior yang mengganggu. Apalagi orang dewasa yang tidak memahami konsep teori behavior cenderung sangat reaktif terhadap problem behavior yang akan memperparah problem behavior dari sang anak. Orang dewasa cenderung memberikan apa saja yang menjadi keinginan anak. Akhirnya anak mendapat pengertian yang salah bahwa problem behavior adalah cara berkomunikasi karena anak mendapatkan apa yang dia inginkan.
Menciptakan teknik mand yang baik tidak hanya dapat membuat anak vokal, tetapi juga merupakan salah satu kunci dari implementasi terapi ABA ke depannya. Adanya teknik mand ini lah yang membedakan antara ABA/VB dengan teknik lainnya. Tetapi bagaimana menciptakan mand yang baik? Penerapan metoda ABA yang salah dapat menyebabkan anak tidak optimum dalam penyerapan pembelajaran.
Terkadang teknik mand yang diterapkan tidak memberikan hasil yang sama pada setiap anak. Ada anak yang dapat menangkap perbendaharaan dengan tepat, mand yang dihasilkan baik, spontan dan dapat mengeneralisasi kemampuan ini dilingkungan alami dengan tepat. Sementara anak yang lain stuck dengan mand yang itu-itu aja, atau menunggu di prompt dengan “Mau apa?” baru dia bereaksi dengan meminta barang yang diinginkan. Anak lain mungkin akan berulang-ulang dengan tidak sabar mengatakan nama barangnya berulang-ulang sampai barang itu diberikan. Anak lain yang diajarkan satu kata mand “apel” akan berpikir jika dia bicara “apel” semua barang namanya apel. Atau bahkan ada anak lain yang scrolling saja menyebutkan semua nama barang yang dia tahu untuk mendapatkan apa yang dia inginkan. Kenapa hasil bisa berbeda-beda padalah teknik mand padahal orang yang mengajarnya adalah sama? Kejelian terapis dan orangtua untuk memahami karaktek dan apa yang anak sukai dalam menerapkan teknik mand yang benar akan sangat mempengaruhi hasil dari terapi mand. Dalam membuat pembuatan ABA program, tidak ada program yang sama tidak ada program yang copy paste. Semua program ABA harus individual dan disesuaikan dengan kondisi, karakter dan kesukaan sang anak. Selain itu harus dipahami bahwa anak dengan autisme memiliki tingkat severity autisme yang berbeda-beda dan intelegensia yang berbeda pula.
Dibawah ini tips bagaimana menciptakan reinforcer yang baik:
1. Lakukan proses pairing dengan sang anak. Bermain dan berinteraksilah bersama anak dengan tulus dalam suasana yang menyenangkan. Diawali tanpa tugas, tetapi jika anak terlihat sudah siap untuk melakukan tugas, berikan tugas kecil secara perlahan. Kenali karakter dan kesenangan anak dalam proses pairing
2. Identifikasi reinforcer yang dinginkan anak. Reinforcer adalah barang yang anak sukai dan inginkan pada waktu tertentu yang terbukti meningkatkan behavior yang diinginkan. Jadi reinforcer bukan yang kita pikir anak sukai, tetapi yang benar-benar terbukti meningkatkan probabilitas behavior terjadi lagi di masa depan. Mengetahui reinforcer apa yang menarik perlu melibatkan orangtua sang anak yang sehari-hari berinteraksi dengan anak. Observasi apa yang menarik buat anak. Dan ciptakan bahwa kehadiran terapis adalah menyenangkan buat anak. Selalu kembangkan reinforcer dan ketertarikan anak dengan barang tersebut.
3. Ada hal yang perlu dilihat sebagai tanda anak siap untuk diajarkan mand yaitu:
a. Anak datang ke orangtua/terapis untuk melakukan interaksi sosial. Jika belum berarti anda belum menjadi reinforcer buat sang anak, coba sedikit mundur dengan melakukan lagi proses pairing dengan sang anak mungkin anda terlalu cepat memasukkan tugas pada sang anak.
b. Anak datang ke orangtua/terapis jika ingin sesuatu. Apakah anak sudah memiliki kemampuan ini? Atau malahan anak selalu menghindar karena proses pairing belum berjalan dengan baik. Buat daftar aktivitas atau barang yang anak sukai dan anak ingin dapatkan dari anda. Jika anak sudah sering datang dengan sendirinya, mulailah sedikit memberikan tugas. Jika anak sangat jarang datang untuk mendapatkan apa yang dia inginkan, adakah sesuatu yang bisa dilakukan untuk meningkatkan motivasi anak?
c. Apakah anak sudah bisa untuk tidak mendapatkan reinforcer? Beberapa anak menjadi sangat emosional jika tidak bisa mendapatkan barang yang dia inginkan. Apakah anak termasuk tipe anak seperti ini? Selain observasi proses pairing tetapi juga observasi kemungkinan orangtua/terapis belum mendapatkan instructional control, atau selalu dalam posisi “Anak melakukan, orang dewasa yang mengerjakan”. Bagaimana anak mau mand jika dia terbiasa untuk mendapatkan apa yang dia mau dengan problem behavior. Harus konsisten di tempat terapi dan dirumah.
4. Apa lagi yang harus diperhatikan supaya mand dapat berhasil dengan baik?
a. Pasang target yang anak pasti bisa capai. Anak yang belum vokal tentu sulit langsung mengucapkan kata-kata, tetapi tentu bisa babbling karena mayoritas anak babbling. Pasangkan babbling yang anak bunyikan dengan reinforcer yang dia suka. Misal sulit langsung bilang “apel”, tentu target babbling “a” untuk anak yang suka apel lebih mudah.
b. Pilih 3-5 barang atau aktivitas yang anak sukai dan fokus pada pembentukan behavior anak babbling sehingga anak mendapatkan barang yang dia sukai. Di awal diberi gratis untuk pembentukan behavior mand sebelum terbentuk vokal mand. Jangan pilih hanya 1 hanya apel saja, karena kecenderungan anak autisme akan berpikir bahwa dengan bicara “apel” dia dapat semua barang yang dia inginkan
c. Setelah mudah anak dan tidak salah dalam memasangkan bunyi dengan barangnya, baru tingkatkan menjadi suku kata, dan kemudian kata. Lakukan dengan intensif dan konsisten.
d. Pemberian reinforcer juga harus pada saat yang tepat. Ingat teori ABC. Jangan memberikan reinforcer pada saat anak melakukan problem behavior dan berusaha merebut reinforcernya. Jika ini terjadi, jauhkan reinforcer dan abaikan tangisan anak. Biarkan anak tenang, jika anak tenang sebentar saja misal 3 detik katakan “Apel? A A A” kemudian berikan apelnya. Tetapi jika kita tahu dia sudah bisa berkata “a” sedikit “push” anak untuk berkata “a”.
e. Lakukan semua ini sambil bermain dan menyenangkan bukan situasi terpaksa dimana anak diharuskan bicara. VB bukan konsep memaksa anak untuk berbicara, tetapi VB memotivasi anak untuk berkomunikasi dengan vokal. Komunikasi dengan vokal adalah komunikasi paling universal yang bisa dipahami setiap orang.
f. Kurangi prompt tanya “Mau apa?” langsung saja tanyakan dalam tanda tanya “Apel?” untuk mengurangi ketergantungan anak dengan pertanyaan “Mau apa?” Beberapa anak yang mengalami ketergantungan prompt akan menunggu pertanyaan “Mau apa?” sebelum menjawab. Dia berpikir harus menunggu prompt baru menjawab atau meminta.
Peringatan: Informasi yang saya tulis harap digunakan sebagai informasi yang memperkaya pengetahuan anda, tetapi sebaiknya anda komunikasikan dengan professional yang menangani anak anda sebelum diterapkan. Ilmu yang saya sampaikan sesuai dengan keilmuan yang saya pelajari tetapi harus dipahami bahwa setiap kasus anak adalah unik. Saya tidak bertanggung jawab atas kesalahpahaman atau penyalahgunaan dari informasi yang and terima.