Select menu item

*

Studi membuktikan bahwa keterlibatan orangtua dalam terapi merupakan faktor penting dan merupakan bagian dari keberhasilan program intervensi dini untuk anak autis. Karena anak menghabiskan sebagian besar waktunya dirumah dengan orangtua, tentu ini adalah keuntungan buat sang anak jika orangtua terlatih dengan teknik ABA dan terlibat aktif dalam intervensi untuk mengoptimalkan kecepatan anak belajar dan pengembangan atau implementasi ketrampilan baru di rumah.

Studi lain yang meneliti efektivitas program di rumah untuk anak autis menemukan bahwa anak yang menerima parenting dari orangtua secara konsisten di rumah dalam kombinasi dengan program intervensi dini yang terstruktur di klinik menunjukkan peningkatan kognitif dan pengembangan ketrampilannya. Selain itu keterlibatan orangtua penting untuk mengimplementasikan behavior yang dipelajari anak di klinik untuk digeneralisasi didalam linkungan alami. Jika tidak, anak akan mudah lupa dengan ketrampilan yang baru dia pelajari atau tidak dapat mengeneralisasi ketrampilan di dalam lingkungan selain di klinik.

Menurut Tameika Meadows, seorang behavior analyst, hal-hal dibawah ini dapat dilakukan orangtua untuk terlibat aktif dalam terapi sang anak:

  1. Bertanya pada terapis tentang program, tujuan, metoda, keseluruhan program, atau apa saja yang ingin ditanyakan supaya orangtua paham akan program sang anak. Anak dimana, mau kemana, dan sampai mana.
  2. Cari referensi dan informasi sebanyak-banyaknya tentang program yang anak jalankan. Apakah terapi tersebut efektif? Apakah terapi itu didukung oleh penelitian yang mendalam (evidence-based). Pahami bagaimana terapi itu bekerja dan bagaimana anak mendapatkan kemajuan sejak terapi itu dijalankan.
  3. Baca setiap laporan yang ditulis sang terapis. Misalnya program intervensi, IEP, data-data yang mendukung, dll. Jika anda tidak membaca program dan data-data bagaimana Anda tahu bahwa program tersebut efektif dalam pelaksanaannya.
  4. Minta ijin kepada terapis untuk sekali-kali dapat menonton anak Anda saat terapi, ini adalah cara terbaik untuk belajar untuk melibatkan diri dalam program intervensi. Dari pengamatan ini Anda dapat menentukan kualitas dari instruksi, bagaimana anak Anda nyaman dalam terapi, apakah ada problem behavior saat terapi dan bagaimana terapis menanganinya sehingga Anda dapat belajar mengimplementasikannya juga dirumah. Tetapi harus diingat bahwa orangtua bukan dewa penyelamat sang anak, jadi biarkan anak Anda melaksanakan tugas yang diberikan terapis tanpa Anda terlibat secara emosional (jika anak menangis). Justru jika anak mengalami problem behavior, Anda harus mempelajari dari terapis bagaimana menghadapinya dan Anda dapat secara konsisten menerapkannya juga di rumah.
  5. Bertanya lebih banyak lagi tentang seluruh program intervensi anak Anda. Jadilah duta dan penghubung dari semua terapi anak Anda. Di beberapa tempat keadaan menyebabkan bahwa program intervensi tidak dalam satu atap. Program yang umum dilakukan di negara maju untuk penanganan anak autis adalah ABA, TW dan OT selain program sekolah sang anak (khusus ataupun inklusi). Orangtua harus berperan aktif menjalin kerjasama di antara badan-badan yang menangani anak Anda.
  6. Hargai semua etika profesional dari semua profesional yang terlibat dalam program anak Anda. Masing-masing dari profesional yang bekerja dengan anak Anda memiliki etika yang harus dihormati. Hargai masing-masing kelebihan dan kekurangan mereka.
  7. Sampaikan informasi apakah intervensi berhasil atau tidak ke profesional dengan cara yang baik sehingga jika diperlukan profesional akan menyesuaikan program intervensi sang anak.

Seperti dijelaskan di atas keterlibatan orangtua dalam program anak sangatlah penting. Bagaimanapun profesional dapat silih berganti, tetapi orangtua akan berada disisi anak seumur hidupnya. Lebih jauh lagi, orangtua adalah orang terdekat anak yang paham akan kondisi anak karena mereka hidup 24 jam bersamanya. Tetapi, terkadang karena kondisi anak, terkadang orangtua lupa menjadi orangtua, tetapi lebih kepada orang yang menuruti kehendak sang anak karena mereka menanggap anaknya adalah autis sehingga memiliki keterbatasan untuk dilatih atau menjadi mandiri. Padahal seperti kita ketahui, ABK dengan level apapun, memiliki potensi sesuai kemampuannya untuk dilatih mencapai hasil yang optimal. Apalagi metoda ABA sudah terbukti (evidence-based) dapat melatih ABK untuk mempelajari ketrampilan baru dan menurunkan problem behavior. Adakah alasan lain untuk orangtua tidak melatih anak autis menjadi mandiri demi masa depannya?

Problem yang umum terjadi pada anak yang memiliki masalah behavior yang severe adalah problem tersebut berpangkal dari rumah. Anak menjadi sulit terkontrol dan orangtua powerless terhadap sang anak. Orangtua seperti ‘memahami’ tindakan itu (karena anak saya autis) dan tidak berbuat apa-apa. Atau seringkali kita mendengar orangtua mengeluhkan tingkah laku sang anak dirumah yang tidak menurut, padahal jika terapi anak dapat berkelakuan manis. Mengapa demikian? Orangtua sering bertanya bagaimana caranya supaya anak saya menuruti apa yang saya katakan, duduk di meja saat makan, dapat memberi tahu jika ingin ke toilet, tidak memiliki problem behavior yang berlebihan: tantrum, menyakit diri sendiri, menuruti kata orangtua, dll. Masalah adalah orangtua tidak memiliki instructional control pada sang anak. Terutama menghadapi anak autis yang memiliki kemampuan bahasa yang terbatas, orangtua seperti kebingungan menangani masalah behavior mereka setiap harinya. Padahal apapun intervensi yang dijalankan, Anda tidak akan dapat mengajarkan anak Anda apa yang Anda ingin mereka pelajari jika anak Anda memiliki problem behavior dan Anda juga tidak dapat mendapatkan keinginan dari mereka untuk menuruti perintah Anda.  Instructional control didefinisikan sebagai hubungan kerja yang positif atau compliance training atau mendapatkan respect dari sang anak.

Proses ini dimulai dengan ‘pairing’ orangtua dengan reinforcement tanpa tugas, setelah anak nyaman barulah pelan-pelan ditambahkan instruksi/tugas yang mudah pada sang anak. Biasanya instruksi ini dimulai dengan sesuatu/permainan yang anak suka sehingga anak dengan senang hati menuruti perintah Anda sehingga terciptalah situasi yang menyenangkan hubungan Anda dengan sang anak dan anak terbiasa dengan kondisi ‘bekerja’ untuk mendapatkan reinforcer yang dia inginkan. Pelan-pelan tugas dipersulit seusai dengan yang Anda inginkan. Anda adalah bos untuk anak Anda, bukan sebaliknya. Proses ini pun harus diterapkan sejak dini, dimana secara fisik Anda masih bisa mem-blok anak jika mereka memilih melakukan masalah behavior.

Dibawah ini adalah 7 langkah yang disusun oleh Robert Schramm, seorang behavior analyst tentang bagaimana mendapatkan Instructional Control dari anak Anda. Jika Anda sukses menerapkan langkah-langkah ini Anda tidak perlu lagi secara aktif mengontrol anak Anda, tetapi anak akan secara mandiri termotivasi untuk berpartisipasi dengan aktivitas bersama, mengikuti perintah Anda dan menjaga sosial interaksi dengan Anda. Dia mulai memilih untuk terlibat dalam tugas yang lebih sulit karena dia ingin membina interaksi sosial. Langkah-langka tersebut adalah:

  1. Tunjukkan pada anak bahwa Anda adalah orang yang mengontrol barang yang dia inginkan untuk dipegang untuk bermain dan Andalah yang dapat memutuskan kapan dia bisa mendapatkannya.
    Apapun yang anak ingin kerjakan atau mainkan adalah potensial reinforcer untuk pilhan anak untuk perilaku yang positif. Kontrol Anda terhadap barang-barang ini adalah sangat penting dalam tahap awal mendapatkan instructional control dari sang anak. Anak diharapkan untuk mendapatkan waktu bermain dengan barang tersebut jika mereka dapat menuruti instruksi dari Anda dan berkelakukan baik. Untuk membatasi kontak anak secara gratis dengan reinforder tesebut, pindahkan barang-barang tersebut dari jangakauan anak, masukkan ke dalam kontainer yang tertutup dan letakkan di atas sehingga jika anak membutuhkan, Andalah yang mengontrol barang tersebut bukan sang anak.
  2. Tunjukkan pada anak bahwa Anda adalah menyenangkan. Buatlah interaksi dengan Anda adalah pengalaman yang menyenangkan sehingga anak ingin mengikuti perintah Anda karena ingin mendapatkan waktu interaksi bersama Anda.
    Progam ABA/VB yang baik menggunakan sekitar 75% dari waktu interaksi Anda dengan anak untuk program ‘pairing’ Anda dengan aktivitas yang menyenangkan dan reinforcer yang diketahui. Pairing ini harus di-lead oleh motivasi sang anak dan begitu anak menunjukkan ketertarikan pada sesuatu bermainlah bersama anak. Buatlah proses bermain ini menyenangkan karena Anda bagian dari permainan ini. Bermain bersama anak dengan tulus, misal anak ingin mendengarkan musik, andalah yang menyediakan musiknya, menyanyi, menari, menggendong ketika dia mendengarkan perintah Anda. Matikan musiknya jika anak meninggalkan tempat, beralih ke kegiatan lain atau melakukan problem behavior. Pastikan Anda menyalakan musik kembali jika anak kembali kedalam permainan atau melakukan tindakan yang baik.
  3. Tunjukkan pada anak bahwa Anda dapat dipercaya. Selalu katakan yang kamu maksud dan kerjakan apa yang Anda katakan.
    Jika Anda berkata anak harus melakukan sesuatu untuk mendapatkan reinforcer, jangan biarkan anak mendapatkan reinforcer jika dia tidak melakukan apa yang Anda inginkan, walaupun anak menangis, tantrum dll. Ini termasuk prompt jika diperlukan. Jika Anda memberikan instruksi, Anda mengharapkan sang anak untuk menuruti instruksi tersebut. Tetapi hati-hati dengan instruksi tersebut. Anda harus mengantisipasi jawaban sang anak sebelum Anda menanyakannya. Pastikan anak berada di level bahasa yang Anda tanyakan atau jika anak dalam proses belajar, Anda dapat memberikan prompt untuk responsnya.
  4. Tunjukkan pada anak bahwa mengikuti perintah Anda adalah untuk keuntungan anak dan cara terbaik untuk dia mendapatkan apa yang dia inginkan. Berikan anak instruksi yang mudah sebanyak mungkin dan reinforce keputusan anak untuk partisipasi dengan memberikan pengalaman yang baik.
    Ajarkan pada anak bahwa dia harus mengikuti petunjuk atau menunjukkan behavior yang baik sebelum Anda mengijinkan dia mendapatkan apa yang dia inginkan. Cara terbaik untuk meyakinkan anak bahwa mengikuti prinsip ini demi kebaikannya adalah beri instruksi pada sang anak sebelum memberikan apa yang dia mungkin inginkan dari Anda. Petunjuk tersebut contohnya, “Duduk dulu, nanti mama ambilkan untuk kamu mainan itu”. Hindari penggunakan kata-kata “Jika kamu kerjakan ini, maka kamu dapat ____”. Memang terlihat mirip tetapi memberikan efek psikologis yang berbeda dengan kalimat mengajak sebagai contoh di atas.
  1. Di awal training mendapatkan instructional control, Anda dapat memberikan reinforcer setiap anak memberikan positif respons tetapi Anda harus mengurangi reinforcer dengan variable ratio reinforcement.
    Konsistensi adalah penting karena anak harus paham bahwa behavior yang dia pilih dapat menghasilkan sesuatu (reinforcer) yang berguna buat dia. Karena beberapa pilihan berdasarkan instruksi yang Anda berikan, anak akan melihat bahwa mengikuti perintah adalah komponen penting untuk mendapatkan hal-hal yang baik untuk dirinya. Anak mulai memahami bahwa untuk mendapatkan apa yang dia inginkan dia sebaiknya fokus pada apa yang Anda inginkan dari dia. Dia mulai paham bahwa mendatangi Anda dan mendapatkan instruksi adalah kunci untuk mendapatkan barang favoritnya. Ini adalah langkah utama untuk efektif program intervensi anak, jika Anda secara konsisten memberikan anak reinforcer untuk setiap respons. Tetapi setalah anak konsisten mengikuti perintah, sudah waktunya Anda mengurangi rasio pemberian reinforcer. Menurut studi yang efektif adalah menggunakan variable ratio reinforcement. Contoh VR3, Anda dalam 10 trials rata-rata memberikan reinforcer rata-rata 3 respons benar, bisa 3 bisa 4 bisa 5, tetapi rata-rata adalah 3.
  2. Tunjukkan bahwa Anda paham prioritas dari sang anak demikan juga prioritas Anda sendiri
    Catat setiap barang atau aktivitas favorit anak yang dapat berfungsi sebagai reinforcer dan observasi kapan barang atau aktivitas ini kuat sebagai reinforcer dan informasikan hal ini terhadap semua orang dewasa yang berinteraksi dengan sang anak. Setiap hari Anda harus mengembangkan reinforcer, anak harus dapat bekerja untuk bermacam reinforcer. Selalu rotasi reinforcer supaya anak tidak bosan yang dapat menurunkan nilai dari reinforcer. Siapkan reinforcer yang paling bermakna buat anak untuk mengerjakan tugas yang sulit atau kemampuan yang sangat penting.
    Anda juga harus menyadari apakah prioritas intervensi saat ini. Apakah yang paling penting buat anak saat ini? Misal pendekatan untuk ‘pairing’ tentu berbeda dengan mengajarkan instructional control atau mengajarkan kemampuan baru. Pemilihan reinforcer juga berdasarkan prioritas yang kita pilih
  3. Tunjukkan pada anak bahwa mengabaikan perintah atau memilih untuk melakukan problem behavior tidak akan menghasilkan reinforcer.
    Hal ini adalah yang paling sulit dilakukan orangtua, karena biasanya orangtua tidak tahan mendengar tangisan, rengekan atau jika anak mulai menyakiti diri sendiri atau orang lain langsung memberikan reinforcernya. Jangan biarkan anak untuk mendapatkan reinforcer ketika dia tidak mengikuti perintah atau melakukan problem behavior. Anda harus secara konsisten untuk mengenali problem behavior sang anak dan Anda harus membuat problem behavior tidak berkepanjangan dengan tidak me-reinforce nya! Ketika anak meninggalkan tempat terapi, pastikan dia paham bahwa pilihan dia tidak mempengaruhi Anda. Katakan pada anak, ok kita selesai bermain dan kemasi barang-barang terapi dan pergi dari tempat. Pastikan anak tidak dapat akses terhadap reinforcer sampai dia memilih secara sadar untuk kembali menyelesaikan tugasnya karena ingin mendapatkan reinforcer. Anak memilih untuk kembali sendiri tentu lebih baik dibanding anak dipaksa untuk kembali. Jika Anda memaksa anak untuk kembali, anak semakin ingin menghindari tugas.

Proses yang dilakukan dengan menahan reinforcer disebut extinction. Dimana 6 hal lain di atas berfungsi sebagai bagaimana meningkatkan positif interaksi dari sang anak, tetapi langkah ke 7 ini adalah metoda yang ampuh untuk mengurangi masalah behavior. Langkah ini harus dilakukan jika anak memilih untuk melakukan sesuatu yang tidak Anda inginkan. Extinction tidak memberikan efek negatif seperti punishment, tetapi Anda harus sadari bahwa akan timbul ‘extinction burst”, yaitu anak Anda melakukan tindakan behavior yang melebihi apa yang mereka biasa lakukan. Anda harus tetap tenang dan tidak terpancing untuk memberikan reinforcernya. Tahan saja. Jika ini terjadi, Anda berada di jalan yang benar, pada suatu saat anak akan berperilaku normal kembali jika Anda konsisten dengan teknik ini.

Mengimplemantasi langkah-langkah di atas di semua kehidupan sang anak akan tetap menjaga lingkungan kerja dan interaksi sosial yang positif bagi anak dengan lingkungan sekitarnya. Semakin konsisten dan mahir orangtua dan terapis menjalankan langkah-langkah di atas, semakin baik dan cepat anak memilih postive learning behavior secara konsisten yang tentunya akan mempengaruhi keberhasilan dari proses intervensi anak. Dia akan lebih bisa fokus mempelajari hal-hal baru tanpa waktu interaksi atau terapi habis atau terganggu dengan melakukan dan mengoreksi masalah behavior.

Peringatan: Informasi yang saya tulis harap digunakan sebagai informasi yang memperkaya pengetahuan anda, tetapi sebaiknya anda komunikasikan dengan professional yang menangani anak anda sebelum diterapkan. Ilmu yang saya sampaikan sesuai dengan keilmuan yang saya pelajari tetapi harus dipahami bahwa setiap kasus anak adalah unik. Saya tidak bertanggung jawab atas kesalahpahaman atau penyalahgunaan dari informasi yang anda terima.