Select menu item

Pengetahuan ABK Untuk Guru

Apakah yang anda pikirkan jika anda mendengar anak berkebutuhan khusus akan masuk ke kelas anda? Merepotkan? Bertambah Kerjaan? Karena anda berpikiran mereka anak yang tidak bisa diam, tidak bisa diatur, nakal, tidak patuh, berisik, kurang pintar dan lain sebagainya. Atau anda suka tantangan sehingga anda yakin dapat mengajar anak tersebut dengan baik sehingga dapat mencapai kemajuan seperti teman-temannya?

Tapi tahukah anda bahwa studi CDC (Centers for Disease Control and Prevention) Amerika yang terbaru membuktikan bahwa dari pengetesan IQ dari anak ASD (yang bisa dilakukan pengetesan IQ), terindikasi 2/3 memiliki intelektual normal. Terlebih lagi, di dalam studi sebelumnya juga disebutkan lebih sekitar separuh dari anak-anak autisme memiliki IQ rata-rata atau diatas rata-rata. Tahukah anda bahwa Mozart dan Einstein terekam memiliki keterlambatan bahasa dan gejala autisma dan ternyata mereka jenius di bidangnya? Dan tahukah anda bahwa anak yang terdiagnosa autisma terus meningkat? Hasil penelitian CDC terakhir yaitu 1 dari 59 anak adalah anak dengan autisma? Sementara tahun 2007 adalah 1 dibanding 150 anak. Perbandingan anak autisme laki-laki adalah 4 kali lebih besar daripada perempuan.

Bagaimana anda bisa bicara kalau mereka anak yang kurang pintar? Sementara beberapa anak dengan autisme sangat pintar dan ada yang belajar sendiri untuk membaca dan menulis di usia sangat muda (dibawah 3 tahun) tanpa diajari. Beberapa yang terobsesi dengan binatang akan hapal jenis-jenis binatang termasuk cara hidup dan makanannya yang pengetahuannya jauh di atas usia mereka atau orang dewasa sekalipun. Bagaimana mereka dikatakan tidak memiliki fokus, padahal mereka bisa terpaku pada satu obyek yang sangat mereka minati sampai berjam-jam tanpa henti. Minat mereka tidak umum itu betul, tetapi bukan berarti mereka tidak pintar atau kurang fokus. Tugas kita sebagai pendidik adalah menemukan solusinya bagaimana mengarahkan mereka untuk belajar sesuai kebutuhan umumnya. Beberapa anak ASD juga memiliki bakat luar biasa dalam bidang matematika, musik atau seni.

Tahukah anda hasil penelitian American Psychiatric Association menyatakan 5% dari anak menderita ADHD. Malahan penelitian lain menyebutkan lebih dari itu, CDC mengeluarkan data di tahun 2014-2016 sekitar 10.6% anak menderita ADHD. Dimana anak laki-laki memiliki kecenderungan ADHD 2-3 kali lebih besar dibanding anak perempuan.

Jadi, dengan fakta tersebut, mau tidak mau, suka tidak suka, ABK harus memiliki tempat di dunia pendidikan kita, dunia sekolah umum. Apalagi tidak terbukti mereka identik dengan intelegensia yang rendah dan tidak mampu bersekolah mengikuti pelajaran seperti teman-temannya yang tipikal. Lebih lagi hasil tes IQ mereka rendah, belum tentu menentukan intelegensia yang rendah pula mengingat keterbatasan metoda tes IQ dan keterbatasan dari gejala sang anak. Anak autis mungkin tidak merespons pertanyaan dari tes IQ karena keterbatasan interaksi/ kemampuan bahasa/kurang fokus bukan karena tidak bisa mengerjakan tugas tersebut, demikian pula anak dengan ADHD. Beri mereka kesempatan untuk berada di sekolah umum (dengan atau tanpa inklusi) supaya mereka dapat membuktikan kemampuan mereka dan juga melatih sisi-sisi lain dari kekurangan mereka, yang mungkin hanya bisa mereka dapatkan di sekolah seperti kemampuan bahasa, sosialisasi, bermain, dll selain akademik.

Apalagi di dunia milenial ini, kehidupan dan kesuksesan saat ini tidak hanya berpatokan terhadap sesuatu yang bersifat akademik. Nilai sudah bergerak dari anak harus pintar eksakta menjadi anak dapat memilih bidang yang sesuai dengan minat serta bakatnya asal dijalani dengan sungguh-sungguh, dia pun bisa sukses dan berhasil untuk masa depannya.

Penanganan anak ABK di usia dini sangatlah penting dalam keberhasilan mereka di masa depan sehingga pentingnya penanganan ABK di sekolah, khususnya sekolah anak usia dini di KB, TK dan SD. Apalagi banyak orangtua yang tidak teredukasi akan adanya ABK yang tidak terlihat secara fisik tetapi lebih ke arah “behavior” seperti autisma dan ADHD. Atau terkadang orangtua terlena dengan pendapat dari orang sekitar seperti “Normal kok anak laki-laki telat berbicara, nanti kalau sudah sekolah juga lancar”. Sebetulnya ASD dapat di diagnosa di usia 2 tahun, tapi secara mayoritas anak baru didiagnosa di center oleh orangtua di usia 4 tahun, usia di mana anak mulai bersekolah di TK. Atau terbiasa dengan pendapat lain “Biasalah anak laki-laki hiperaktif tidak mau diam, atau namanya juga anak-anak jadi wajar berlari-lari kesana kemari atau sering lupa barangnya dll”. Orangtua berpikir adalah wajar, padahal sang anak memiliki kondisi ADHD.

Tentu peran dari guru pun disini sangat penting dapat membantu orangtua mengenali gejala yang tidak umum dialami oleh anak tipikal. Guru sangat berpengalaman dalam melihat perkembangan anak yang sama usianya sehingga lebih obyektif memberikan pandangan dibanding orangtua. Saat ini dengan penanganan yang tepat, yaitu kombinasi terapi dan bersekolah, ABK dapat berhasil baik di bidang yang dia minati untuk bekal dia mandiri kelak.

Sebelum kita mengenal lebih dekat metoda pengajaran untuk ABK, mari kita kenali gejala dari masing-masing kebutuhan khusus yang dapat dijelaskan memiliki ciri sebagai berikut:

Spektrum Autisme

Autisme adalah gangguan kondisi ‘neourobehavioral’ yang termasuk kelainan pada interaksi sosial, perkembangan bahasa dan kemampuan komunikasi yang bisa jadi kaku, berulang-ulang. Spektrum autis mencakup spektrum yang sangat luas dalam gejala, kemampuan dan derajat kelainannya. Setiap anak dengan autisme adalah unik dan memiliki kelebihan dan kekurangan sendiri-sendiri.

Menurut DSM V ini, individu dengan autisme didefinisikan sebagai:

  1. Kekurangan dalam komunikasi sosial dan interaksi sosial di berbagai konteks secara terus-menerus yang dapat digambarkan sebagai berikut (saat ini atau sebelumnya) dengan gambaran di bawah ini sebagai ilustrasi:
  • Kekurangan dalam hubungan sosial­emosional timbal balik yang bervariasi misalnya pendekatan sosial yang tidak normal, kegagalan dalam percakapan timbal balik, tidak tertarik untuk berbagi ketertarikan, emosi atau perasaan, kegagalan untuk memulai atau merespons interaksi sosial.
  • Kekurangan dalam behavior yang berbentuk komunikasi non­ verbal yang digunakan untuk interaksi sosial yang bentuknya bervariasi mulai dari komunikasi verbal dan nonverbal yang kurang terintegrasi, abnormal di kontak mata dan bahasa tubuh atau kekurangan dalam memahami dan menggunakan bahasa tubuh, sampai tidak memiliki ekspresi wajah dan komunikasi nonverbal.
  • Kekurangan dalam mengembangkan, mempertahankan, dan memahami hubungan dengan manusia lain yang bentuknya bervariasi. Mulai dari kesulitan menyesuaikan behavior pada situasi sosial tertentu, kesulitan dalam berbagi permainan imaginatif atau berteman, dan tidak memiliki keinginan untuk berteman.
  1. BehaviorKetertarikan atau aktivitas yang terbatas dan berulang yang ditunjukkan paling tidak dua dari contoh di bawah ini (saat ini atau sebelumnya) dengan gambaran di bawah ini sebagai ilustrasi:
  2. Stereotip atau gerakan motor yang berulang dengan menggunakan objek dan suara (contohnya stereotip motor sederhana, membariskan mainan atau membolak-balikkan objek, echolalia, frasa yang unik dan individu).
  3. Bersikeras (menyukai) kesamaan, tidak eksibel terhadap rutinitas atau pola ritual atau behavior verbal dan nonverbal (contohnya, stres terhadap perubahan kecil, kesulitan pada transisi, cara berpikir yang kaku, ritual pada salam, butuh melalui rute yang sama setiap bepergian, atau makan makanan yang sama setiap hari).
  4. Minat yang sangat terbatas, terpaku pada ketertarikan terhadap sesuatu yang tidak normal pada intensitas dan fokus, misalnya ketertarikan yang kuat atau keasyikan pada benda- benda yang tidak biasa, keterbatasan minat atau ketertarikan yang lama pada minat itu.
  5. Hiper atau hiporeaktif terhadap sensori input dan minat yang tidak biasa dalam aspek sensori di lingkungan (ketidakpedulian terhadap perubahan terhadap rasa sakit, suhu lingkungan, respons negatif terhadap suara tertentu atau tekstur tertentu, indra penciuman dan peraba yang berlebihan, ketertarikan yang kuat terhadap cahaya atau gerakan).

Perlu dipahami adalah diagnosa autisme adalah spektrum, jadi tampilan anak akan sangat unik per individu. Tidak ada satupun anak autisme yang sama. Mereka memiliki tingkat severity yang berbeda dan tampilan yang berbeda, walau sama-sama terdiangosa autisme. Mulai dari yang mungkin anda tidak bisa membedakan sang anak dengan anak tipikal (hanya mungkin anda berpikir anak ini ‘nyentrik’ dan memiliki intelegensia yang sangat tinggi atau paling normal) sampai anak yang non-verbal dan memiliki intelegensia kurang.

  1. ADHD (Attention Deficit Hyperactive Disorder)

ADHD adalah satu dari gangguan ‘neurodevelopmental’ yang paling umum terjadi pada anak-anak. Biasanya terdiagnosa saat anak-anak dan dapat terbawa hingga dewasa. Anak dengan ADHD akan memiliki masalah dalam memberikan atensi, perilaku impulsif (bertindak tanpa berpikir) atau hiperaktif. Jika tidak tertangani, anak dengan ADHD akan memiliki masalah rendah diri, bermasalah dalam berteman dan kesulitan mengikuti pelajaran. Dengan bertambahnya usia bisa jadi gejala menurun, tetapi banyak yang tetap bertahan sampai dewasa. Mereka tetap memiliki ADHD tetapi dapat belajar strategi menghadapinya dan tetap bisa mencapai sukses.

Menurut DSM-V ADHD didefinisikan sebagai individual yang memiliki ciri sebagai berikut.

  1. Kurang perhatian. Untuk 6 atau lebih gejala kurang perhatian untuk anak sampai berumur 16 tahun atau 5 atau lebih untuk remaja usia 17 tahun atau lebih dan orang dewasa. Gejala dari kurang perhatian ini timbul paling tidak selama 6 bulan, dan tidak sesuai dengan perkembangan umur, yaitu:
    • Sering gagal memberikan perhatian pada sesuatu yang detil atau berbuat kesalahan yang ceroboh pada tugas sekolah, kerjaan atau dengan aktivitas yang lain.
    • Sering kesulitan untuk memberikan perhatian pada tugas atau aktivitas bermain.
    • Sering seperti tidak mendengar ketika berbicara langsung.
    • Sering tidak melaksanakan instruksi atau gagal menyelesaikan tugas sekolah, tugas rumah atau pekerjaan di kantor (kehilangan fokus, terpecah perhatian).
    • Sering kesulitan mengorganisasikan tugas dan aktivitas
    • Sering menghindar, tidak suka atau enggan melakukan tugas yang membutuhkan usaha mental dalam periode yang panjang (seperti tugas sekolah atau PR)
    • Sering kehilangan barang yang digunakan untuk tugas atau aktivitas (materi sekolah, pensil, buku, alat-alat, dompet, kunci, paperwork, kacamata, HP)
    • Sangat mudah perhatiannya teralihkan
    • Sering lupa dalam kegiatan sehari-hari
  1. Hiperaktif dan Impulsif. Untuk 6 atau lebih gejala hiperaktif-impusilf untuk anak sampai umur 16 tahun atau 5 atau lebih untuk remaja di atas 17 tahun dan orang dewasa. Gejala dari hiperatif-impulsif telah terlihat paling tidak selama 6 bulan atau lebih yang mengganggu dan tidak sesuai untuk perkembangan sesuai usianya.
    • Sering gelisah, ketuk tangan atau kaki atau bergerak-gerak saat duduk di kursi
    • Sering meninggalkan tempat duduk dimana seharusnya dia duduk
    • Sering lari atau memanjat di situasi dimana itu tidak layak (pada remaja atau dewasa mungkin merasa gelisah
    • Sering tidak dapat bermain atau ikut serta dalam kegiatan mengisi waktu luang dengan tenang
    • Sering terlihat “on the go” atau bertingkah seperti “driven by a motor”
    • Sering berbicara secara berlebihan
    • Sering menjawab tanpa berpikir sebelum pertanyaan selesai ditanyakan
    • Sering kesulitan menunggu gilirannya
    • Sering interupsi atau mengganggu pada orang lain (pada percakapan atau permainan)

Ada 3 jenis ADHD. Kurang perhatian, hiperaktif dan impulsif dan gabungan dari semuanya. Untuk didianosa dalam ADHD, seorang anak atau orang dewasa harus memiliki kriteria:

  • Beberapa gejala muncul sebelum umur 12 tahun
  • Memiliki gejala lebih dari satu tempat seperti sekolah, rumah, dengan teman, atau aktivitas lain.
  • Menunjukkan bukti bahwa gejala mengganggu fungsi mereka di sekolah, rumah atau situasi sosial lainnya
  • Memiliki gejala yang tidak dapat dijelaskan oleh kondisi lain seperti mood atau anxiety disorder

Dari ciri-ciri di atas, jelaslah ABK, autisme dan ADHD, memiliki gangguan “neuro” yang menyebabkan mereka memiliki perbedaan kondisi dalam cara berpikir dibanding anak tipikal. Jadi sang anak memiliki masalah perilaku karena kesulitan atau reaksi mereka terhadap kondisi “neuro” mereka yang berbeda saat mengikuti pelajaran atau aktivitas di kelas, bukan karena sang anak nakal, tidak nurut, kurang pintar, malas, dan sebagainya. Mereka dapat belajar dengan metoda dan akomodasi yang tepat.

Dengan empati dan memahami mereka, guru dan tim yang menangani anak (orangtua, psikolog, dokter, terapis) dapat bekerjasama demi kemajuan anak. Guru dapat memotivasi sang anak untuk belajar dan mengembangkan potensi yang mereka punya secara optimum. Hal ini bisa jadi memerlukan metoda dan sistem pengajaran yang berbeda pula. Seperti kata pepatah “If a child can’t learn the way we teach, maybe we should teach the way they learn.” Jika anak tidak bisa belajar dengan cara kita mengajar, kita harus mengajar cara mereka belajar. Walaupun berbeda metodanya, mereka tetap bisa belajar dan diajarkan. Kunci keberhasilan penanganan anak ABK ada 3 yaitu tingkat severity sang anak terkena diagnosa, intelegensia dan intervensi dini yang efektif. Terlihat jelas bahwa guru juga turut andil sebagai salah satu penunjang keberhasilan anak mencapai hasil yang optimum.

Untuk bergabung dengan diskusi tentang topik-topik lain mengenai metoda ABA dan VB untuk penanganan ABK silahkan anda tambahkan:  FB Group: Rury ABA/VB Untuk Autisma

Peringatan: Informasi yang saya tulis harap digunakan sebagai informasi yang memperkaya pengetahuan anda, tetapi sebaiknya anda komunikasikan dengan professional yang menangani anak anda sebelum diterapkan. Ilmu yang saya sampaikan sesuai dengan keilmuan yang saya pelajari tetapi harus dipahami bahwa setiap kasus anak adalah unik. Saya tidak bertanggung jawab atas kesalahpahaman atau penyalahgunaan dari informasi yang anda terima.